
Kapsul4d Setelah dua hari bentrokan bersenjata di perbatasan, Pemerintah Kamboja secara resmi meminta gencatan senjata dengan Thailand guna meredam eskalasi konflik yang telah menimbulkan korban jiwa dan pengungsian massal. Seruan tersebut disampaikan melalui perwakilan Kamboja di forum internasional dan didukung oleh negara-negara ASEAN.
Ketegangan antara kedua negara meningkat tajam setelah insiden ranjau darat yang melukai seorang prajurit Thailand di Distrik Nam Yuen, Provinsi Ubon Ratchathani, pada 23 Juli 2025. Insiden tersebut memicu operasi militer balasan oleh Thailand, yang menyebabkan baku tembak di sejumlah titik perbatasan.
Korban Jiwa dan Pengungsi
Selama dua hari konflik berlangsung, sedikitnya 33 orang dilaporkan tewas, termasuk warga sipil dari kedua belah pihak. Sementara itu, jumlah pengungsi melonjak drastis, dengan lebih dari 168.000 orang dilaporkan meninggalkan wilayah konflik demi keselamatan.
Thailand mengklaim telah mengevakuasi lebih dari 130 ribu warganya, sementara Kamboja mencatat sekitar 37 ribu warga sipil harus mengungsi ke daerah yang lebih aman.
Seruan Gencatan Senjata
Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, menyerukan gencatan senjata segera dan tanpa syarat untuk menghentikan kekerasan lebih lanjut. Ia juga menyatakan dukungan terhadap inisiatif perdamaian yang diusulkan oleh Malaysia selaku Ketua ASEAN tahun ini.
“Kami tidak menginginkan konflik ini berlanjut. Gencatan senjata adalah langkah pertama menuju penyelesaian damai,” ujar Hun Manet dalam pernyataannya di Phnom Penh.
Pemerintah Kamboja juga meminta bantuan komunitas internasional, termasuk Dewan Keamanan PBB, untuk mendorong dialog dan menengahi perundingan damai dengan Thailand.
Respons Thailand
Di sisi lain, pemerintah Thailand menyatakan terbuka untuk dialog, namun menekankan bahwa Kamboja harus terlebih dahulu menghentikan semua bentuk agresi di wilayah perbatasan. Pemerintah Thailand juga mengerahkan pasukan tambahan ke perbatasan timur sambil tetap mengklaim bahwa mereka hanya membela diri.
Tekanan Internasional
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, melalui utusannya menyatakan kekhawatirannya terhadap konflik yang berpotensi meluas dan menimbulkan instabilitas kawasan. Ia memperingatkan kemungkinan pemberlakuan sanksi dagang terhadap kedua negara jika pertempuran tidak segera dihentikan.
Sementara itu, ASEAN, melalui Malaysia, terus mendorong kedua pihak untuk duduk bersama dan memulai proses negosiasi damai. Sejumlah negara tetangga juga menawarkan diri menjadi mediator, termasuk Indonesia dan Vietnam.
Kesimpulan
Setelah dua hari konflik terbuka yang memakan korban jiwa dan memicu krisis kemanusiaan di kawasan perbatasan, Kamboja akhirnya mengajukan permintaan gencatan senjata. Meskipun Thailand belum sepenuhnya menyetujui, tekanan internasional dan regional semakin kuat agar kedua negara menghentikan permusuhan dan memilih jalur diplomasi sebagai solusi jangka panjang.