
69% Masyarakat Indonesia Kini Lebih Memprioritaskan Kesehatan Mental dan Emosional
KAPSUL4D Jakarta, 15 Juli 2025 – Sebuah survei nasional terbaru yang dirilis oleh NielsenIQ (NIQ) mengungkap fakta mengejutkan sekaligus menggembirakan: sebanyak 69% masyarakat Indonesia kini menempatkan kesehatan mental dan emosional sebagai prioritas utama dalam gaya hidup mereka. Angka ini mencerminkan perubahan besar dalam pola pikir masyarakat pascapandemi dan semakin tingginya kesadaran akan pentingnya kesehatan holistik.
Perubahan Prioritas Kesehatan Masyarakat
Survei yang dilakukan pada awal 2025 ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia tidak lagi hanya fokus pada kesehatan fisik seperti diet dan olahraga, namun juga mulai memperhatikan keseimbangan mental dan emosional.
“Pandemi COVID-19 menjadi titik balik penting yang menyadarkan banyak orang bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan tubuh. Kini, masyarakat lebih terbuka membicarakan stres, kecemasan, dan pentingnya dukungan emosional,” ujar Arya Satria, analis pasar dari NIQ Indonesia.
Temuan Kunci Survei NIQ:
| Aspek Kesehatan | Prioritas oleh Responden |
|---|---|
| Kesehatan Mental & Emosional | 69% |
| Kesehatan Jantung | 55% |
| Kesehatan Pencernaan | 41% |
| Nutrisi & Suplemen | 38% |
| Imunitas Tubuh | 36% |
Apa yang Mendorong Perubahan Ini?
- Kesadaran pascapandemi: Banyak individu mengalami gejala kelelahan mental selama masa lockdown.
- Media sosial & edukasi digital: Informasi tentang self-care dan mental health kini mudah diakses.
- Normalisasi terapi & konseling: Semakin banyak orang Indonesia yang berani berkonsultasi dengan psikolog.
- Peran tempat kerja dan institusi pendidikan: Kini banyak perusahaan dan sekolah menyediakan layanan dukungan psikologis.
Dampak Terhadap Gaya Hidup
- Tren mindfulness dan meditasi meningkat di kalangan generasi muda.
- Kelas yoga dan journaling menjadi bagian dari rutinitas harian.
- Produk-produk yang menenangkan seperti aromaterapi, suplemen mood-booster, hingga aplikasi meditasi makin digemari.
- Jam kerja fleksibel dan cuti kesehatan mental (mental health day) mulai diterapkan di sejumlah perusahaan di Indonesia.
Tantangan yang Masih Dihadapi
Meski kesadaran meningkat, akses terhadap layanan kesehatan mental yang berkualitas masih menjadi tantangan:
- Stigma sosial terhadap gangguan mental masih ada, terutama di daerah.
- Jumlah psikolog dan psikiater per kapita masih rendah dibanding negara tetangga.
- Biaya terapi dan konseling masih relatif mahal bagi sebagian masyarakat.
Perubahan fokus masyarakat Indonesia terhadap kesehatan mental dan emosional merupakan sinyal positif menuju kehidupan yang lebih seimbang dan sehat. Namun, dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, media, dan sektor swasta untuk memastikan akses yang setara dan layanan yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat.
“Kesehatan bukan hanya soal tidak sakit, tapi tentang merasa utuh secara fisik, mental, dan sosial.” – WHO
Link Anti Internet Positif : www.ruangmasuk.com
Whatsapp Resmi Kapsul4D : kapsul4d.link/Whatsapp