
Finalis Miss Indonesia Dipulangkan Karena Kibarkan Bendera Israel
KAPSUL4D Kronologi Kasus
- Viral video lama: Sebuah video yang beredar menampilkan Merince Kogoya, finalis dari Papua Pegunungan, mengibarkan bendera Israel sambil menari dan mengucap doa; rekaman ini dibuat sekitar dua tahun lalu. Video ini kembali viral pada akhir Juni 2025, memicu kritik publik yang langsung menuntut tindakan dari penyelenggara Miss Indonesia
- Diskualifikasi dan pemulangan: Pada 29–30 Juni, panitia melayangkan keputusan: Merince dicoret dari kompetisi dan dipulangkan dari masa karantina. Mantan finalisnya, Karmen Anastasya, akan menggantikan posisi sebagai perwakilan Papua Pegunungan
Pernyataan Merince
- Menurut klarifikasi Merince melalui Instagram Story, ia menegaskan aksinya bukan dukungan politik, melainkan tindakan religius: “Saya hanya menjalankan kepercayaan saya sebagai pengikut Kristus untuk berdoa memberkati…” .
- Ia juga meminta maaf kepada masyarakat Papua Pegunungan, tim pendukung, dan keluarganya, seraya mengungkap rasa kecewa bahwa keputusan panitia dipengaruhi opini publik pro‑Palestina
Reaksi Publik
- Mayoritas warganet mendukung keputusan panitia. Banyak yang menilai tindakan meriah bendera Israel tidak mencerminkan wawasan dan nilai-nilai yang diharapkan dari seorang finalis Miss Indonesia
- Pengguna X seperti @writtenbyrif dan @YourAwesomeBebe menyuarakan bahwa Miss Indonesia, sebagai calon duta budaya dan kemanusiaan, seharusnya tidak mendukung simbol yang dianggap kontroversial .
Implikasi & Pelajaran
- Digital footprint penting: Video yang dibuat di masa lalu dapat memiliki konsekuensi besar dalam karier publik seseorang, bahkan belasan atau puluhan tahun kemudian.
- Ruang publik vs ekspresi pribadi: Kasus ini menunjukkan semakin tipis batas antara kebebasan pribadi dan tanggung jawab sebagai figur publik, terutama dalam kompetisi berprofil tinggi.
- Sensitivitas geopolitik: Simbol seperti bendera Israel sangat sensitif di tengah situasi Israel–Palestina yang masih panas. Organisasi acara seperti Miss Indonesia harus mempertimbangkan respons publik dan nilai-nilai nasional.
Kasus Merince Kogoya menggarisbawahi dilema antara ekspresi keagamaan dan ekspresi politik di ranah publik. Meskipun ia mengklaim spiritualitas sebagai motivasi, masyarakat dan penyelenggara menilai simbol yang ia kibarkan sudah melewati batas netralitas yang seharusnya dijaga oleh seorang finalis Miss Indonesia. Ini menjadi pengingat bagi figur publik: setiap tindakan, atau bahkan simbol yang ditampilkan, bisa menuai sorotan global dan memengaruhi karier profesional di masa depan.