
𝐊𝐀𝐏𝐒𝐔𝐋𝟒𝐃 – Jakarta, 26 Juni 2025 – Fenomena burung-burung jatuh dan mati secara misterius di Kawah Putih, Ciwidey, akhirnya terungkap. Para ilmuwan—terutama Dr. Franz Wilhelm Junghuhn, ahli botani kelahiran Jerman—mengungkap bahwa penyebabnya bukan mistis, melainkan efek dari kandungan belerang tinggi di kawah tersebut.
Sejak tahun 1837, Junghuhn meneliti kawasan Gunung Patuha dan menemukan bahwa bau belerang yang menyengat berasal dari kawah danau di kawasan itu. Ia mendapati udara di atas kawah memiliki gas berbahaya yang bisa membahayakan makhluk hidup seperti burung—jadi wajar jika hewan terbang enggan mendekat dan sebagian jatuh mati
Masyarakat setempat selama berabad-abad menganggap Kawah Putih angker—percaya bahwa bulu burung yang melintas di atas kawah bisa langsung membeku atau mati seketika. Junghuhn mengklarifikasi bahwa ini adalah reaksi biologis pada paparan gas belerang, bukan keangkeran supranatural
Setelah penelitiannya, Junghuhn juga menemukan potensi ekonomi dari area tersebut. Di masa penjajahan Belanda, kawasan ini mengembangkan pabrik belerang bernama Zwavel Ontgining, dilanjutkan di era Jepang dengan nama Kenzanka Gokoya Ciwidey—semuanya memanfaatkan sumber daya belerang lokal
Selain fungsi ekonomi, penemuan ilmiah ini juga mendasari pengelolaan Kawah Putih sebagai objek wisata alam. Meski masih difirmasi keangkerannya, fakta ilmiah ini membantu mengungkap misteri dan meningkatkan pemahaman tentang risiko kesehatan di sekitar kawah.Selengkapnya 𝐊𝐀𝐏𝐒𝐔𝐋𝟒𝐃
Di masa kini, Kawah Putih dikenal sebagai destinasi ekowisata yang menarik—dengan air berwarna putih kehijauan, kabut tebal, dan bebatuan vulkanis. Meski demikian, pengunjung tetap diingatkan waspada terhadap bau belerang yang kuat dan sudut pandang keselamatan
Dengan adanya riset Junghuhn, masyarakat kini dapat melihat Kawah Putih tidak hanya dari sisi keindahan atau mitos, tetapi juga pelajaran ilmiah: bahwa fenomena alam seringkali memiliki penjelasan rasional—seperti gas berbahaya dari aktivitas vulkanik.