
ππππππππ – Laga antara Timnas U23 Indonesia melawan Timnas U23 Malaysia di ajang ASEAN U23 Championship 2025 berakhir imbang 1-1. Meski hasil tersebut masih menjaga asa Garuda Muda untuk melaju ke babak selanjutnya, perhatian kini tertuju pada performa lini depan tim yang dinilai belum optimal dalam menuntaskan peluang.
Dalam pertandingan yang digelar di Stadion Rajamangala, Thailand, Garuda Muda tampil dominan sejak menit awal. Penguasaan bola dan tekanan dari sektor sayap sempat membuat Malaysia kerepotan. Namun, efektivitas di lini serang menjadi persoalan utama yang membuat Indonesia gagal mengamankan kemenangan.
Beberapa peluang emas tercipta lewat pergerakan cepat dari Marselino Ferdinan dan Rafael Struick, namun penyelesaian akhir yang kurang tenang membuat peluang tersebut terbuang sia-sia. Bahkan dalam beberapa momen krusial, koordinasi antar penyerang terlihat kurang padu, membuat serangan mudah dipatahkan oleh lini belakang Malaysia.ππππππππ
Pelatih Shin Tae-yong pun mengakui bahwa anak asuhnya kurang tajam di depan gawang. βKami punya banyak peluang, tapi finishing kami buruk. Ini hal yang harus segera diperbaiki jika ingin bersaing lebih jauh di turnamen ini,β ujar Shin dalam sesi konferensi pers usai laga.
Kritik juga datang dari para pengamat sepak bola nasional yang menyayangkan tidak adanya striker murni yang benar-benar tampil menonjol. Beberapa menilai bahwa Garuda Muda terlalu bergantung pada gelandang serang untuk menciptakan peluang dan mencetak gol.
Di sisi lain, pelatih Malaysia, Juan Torres, menyatakan bahwa dirinya sudah mengantisipasi kekuatan Indonesia di lini depan. βKami tahu mereka cepat dan agresif. Tapi jika kami bisa mematikan pergerakan lini kedua mereka, peluang Indonesia mencetak gol akan berkurang,β ungkap Torres.
Kegagalan lini depan untuk memaksimalkan keunggulan menjadi pekerjaan rumah besar bagi Shin Tae-yong dan staf pelatih. Dalam pertandingan berikutnya, Garuda Muda dituntut untuk tampil lebih klinis, terutama di kotak penalti lawan.ππππππππ
Dengan persaingan yang ketat di fase grup, Indonesia tak bisa terus mengandalkan dominasi permainan semata. Ketajaman lini depan akan sangat menentukan langkah mereka menuju semifinal dan, jika memungkinkan, merebut gelar juara.