
WHO: Pandemi HIV Global Butuh Inovasi dan Penelitian Lokal
KAPSUL4D Jakarta, 5 Agustus 2025 – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali menekankan bahwa pandemi HIV global masih jauh dari selesai dan kini menuntut pendekatan baru berbasis inovasi lokal dan riset terfokus untuk menanggulangi penyebarannya. Dalam laporan terbarunya, WHO menyatakan bahwa tantangan penanganan HIV/AIDS kini semakin kompleks, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Penurunan Dukungan, Tapi Kebutuhan Semakin Tinggi
Data terbaru menunjukkan bahwa dana global untuk penanggulangan HIV turun 15% sejak 2023, akibat pergeseran fokus pasca-COVID-19 dan krisis geopolitik. Sementara itu, kasus baru HIV kembali meningkat di beberapa wilayah Asia dan Afrika. WHO mencatat bahwa lebih dari 1,3 juta kasus baru tercatat sepanjang tahun 2024, dengan mayoritas terjadi pada usia produktif 20–39 tahun.
“Kita tak bisa terus mengandalkan pendekatan satu ukuran untuk semua. Solusinya harus lahir dari komunitas yang paling terdampak,” ujar Dr. Meg Doherty, Direktur Program HIV Global WHO.
Inovasi dan Penelitian Lokal Jadi Kunci
WHO mendorong negara-negara, termasuk Indonesia, untuk:
- Meningkatkan riset lokal terhadap varian HIV baru yang mulai berkembang di beberapa wilayah Asia Tenggara.
- Membentuk pusat inovasi regional, khususnya dalam pengembangan metode deteksi dini berbasis AI.
- Mengintegrasikan layanan HIV ke dalam layanan kesehatan primer, agar tidak lagi terisolasi dan stigma bisa ditekan.
Investasi Baru: Fokus pada Kesehatan Perempuan
Sebagai bagian dari upaya ini, Bill & Melinda Gates Foundation telah mengumumkan investasi sebesar US$ 2,5 miliar hingga tahun 2030 untuk mendanai riset inovatif kesehatan perempuan, termasuk perlindungan dari HIV dan akses kontrasepsi yang aman dan terjangkau di Afrika dan Asia.
Posisi Indonesia di Tengah Pandemi HIV
Indonesia sendiri menghadapi tantangan besar: data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan angka kasus HIV melonjak 15% dalam dua tahun terakhir, dengan konsentrasi tertinggi di Papua, Jakarta, dan Bali.
Beberapa inovasi lokal yang mulai digalakkan antara lain:
- Program Puskesmas Peduli HIV di 15 kota besar
- Aplikasi “SafeStep” yang membantu remaja mengakses edukasi seks aman dan lokasi tes HIV
- Kerjasama lintas lembaga untuk penyediaan PrEP (Pre-exposure Prophylaxis) secara gratis di kawasan rawan
Harapan dan Rekomendasi
WHO menggarisbawahi bahwa kemajuan hanya bisa dicapai jika komunitas dilibatkan secara aktif dalam tiap proses, dari edukasi hingga pengambilan kebijakan. Inovasi teknologi, kolaborasi sektor swasta, dan pendanaan berkelanjutan menjadi tulang punggung dalam mengatasi epidemi yang telah berlangsung lebih dari 40 tahun ini.
“HIV bukan hanya isu medis, tapi juga sosial dan ekonomi. Maka solusi pun harus inklusif dan kontekstual,” – WHO
Link Anti Internet Positif : www.ruangmasuk.com
Whatsapp Resmi Kapsul4D : kapsul4d.link/Whatsapp